Ben
dan Jody adalah pendiri kedai kopi bernama Filosofi Kopi yang bersahabat sejak
lama. Ben adalah peracik kopi yang handal, sementara kedai tersebut
sendiri adalah warisan ayah Jody. Ben telah tinggal selama 18 tahun
bersama keluarga Jody, dari kecil hingga dewasa disekolahkan oleh ayah Jody.
Ayah Jody dikenal sebagai pribadi yang baik ke semua orang.
Namun
setelah ayahnya meninggal, barulah Jody tahu bahwa sang ayah memiliki hutang
hingga ratusan juta. Tagihan tersebut kemudian menjadi tanggung jawab Jody
begitu pula dengan Ben sebagai pemilik kedai. Keduanya mengalami kesulitan
untuk membayar hutang tersebut, terlebih karena pengunjung kedai kopi miliknya
terbilang tidak konsisten. Satu-satunya modal yang dimiliki Filosofi Kopi
hanyalah kehandalan Ben dalam meracik kopi.
Suatu
ketika seorang kontraktor menawarkan tantangan kepada Ben untuk meracik kopi
terenak. Sang kontraktor tersebut ingin memenangkan tender yang ditawarkan
dengan memanfaatkan hobi sang konglomerat tersebut akan kopi. Ben pun diminta
membuat kopi yang paling enak agar kontraktor bisa memenangkan tender proyek
tersebut. Apabila ia bisa memenangkan tantangan tersebut, ia bisa membawa
pulang hadiah yang tentunya bisa digunakan untuk membayar hutang.
Ben
pun berusaha meracik kopi yang paling enak, hingga ia menemukan sebuah
resep bernama kopi ‘Perfecto’. Jody, Ben dan crew Filosofi Kopi sangat percaya
diri kopi ini bisa memenangkan tantangan tersebut. Sampai seorang wanita
pecinta kopi datang ke kedai Filosofi Kopi, mengatakan bahwa Perfecto masih
kalah dengan kopi ‘Tiwus’ yang pernah dicicipinya di dareah Jawa Tengah. Mulai
dari sinilah perjalan mereka dalam mencari sebuah kopi yang sempurna dimulai
dengan berbagai macam konflik yang muncul hingga mencapai titik puncaknya
dimana karakter masing masing tokoh keluar
Cast
:
Film
ini disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko.
Dia pun bertindak sebagai produser bersama dengan Anggia Kharisma, dan Handoko
Hendroyono. Adi S. Jerikho Nagara bertindak sebagai Associate Producer dan juga
Glenn Fredly dan Chicco Jerikho sendiri juga sebagai Co-Producer.
Chicco Jerikho sendiri bermain sebagai
Ben – si penggila kopi dan bahkan bisa kita bilang terobsesi terhadap kopi dan
kesempurnaan. Sedangkan Rio Dewanto bermain
sebagai orang keturunan yang memiliki modal (walau karena hutang) dan merupakan
orang keuangan yang penuh perhitungan. Tak lama muncul Julie Estelle yang bermain sebagai gadis Indonesia
yang lama di luar negeri karena sang ayah berkeliling meneliti kopi.
Film
ini memang berpusat pada ketiga karakter di atas, namun banyak nama-nama yang
cukup terkenal dalam perfilman Indonesia yang terlibat dalam film ini. Di
antaranya Slamet Rahardjo yang bermain sebagai pemilik kedai kopi Tiwus yang
dibilang lebih enak oleh El. Kemudian ada Jajang C. Noer yang bermain sebagai
sang istri pemilik kedai kopi.
Review
:
Film
ini memang banyak ditunggu oleh penikmat kopi karena judulnya filosofi kopi dan
banyak orang yang berkata bahwa film ini membangkitkan kesadaran tentang
kekayaan dan kekuatan Indonesia dalam hal keberadaan kopinya. Namun film ini
tidak selalu menceritakan mengenai kopi saja, tetapi film ini sarat akan makna
megenai hubungan manusia satu dengan lainnya. Seperti digambarkan pada hubungan
antara ayah dan anak, begitu juga dalam persahabatan antara Ben dan Jody yang
dapat melengkapi satu sama lainnya.
Alur cerita Filosofi Kopi dalam film, berkesan sederhana tapi
memiliki banyak hal. Terutama untuk para pecinta kopi. Bagaimana secangkir kopi
dibuat, kemudian menceritakan berbagai momen dengan kesan berbeda bagi tiap
penikmatnya dan masih ada nilai lain dari film ini yaitu pesan moral
kekeluargaan, persahabatan, kesederhanaan dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar