HERI
ALISETIAWAN
24314935
KRITIK
ARSITEKTUR
Kritik yang digunakan adalah KRITIK DESKRIPTIF
Kritik Deskriptif :
KRITIK DESKRIPTIF adalah kritik yang menjelaskan sebuah
kritik seolah kita adalah seorang jurnalis arsitektur atau sejarahwan dan
menilai bangunan secara apa adanya bedasarkan pengalaman. Pada kritik
deskriptif, kita menjelaskan bagaimana perasaan kita terhadap sebuah bangunan
dengan merasakan bangunan tersebut dan kemudian mencatatnya.
Pada kritik
deskriptif kita juga bisa mencatat pengalaman seseorang/ orang lain mengenai
sebuah bangunan/kota. Jadi secara tidak langsung, mengetahui pendapat/kritik
yang berasal dari orang lain yang merasakan/melihat bangunan tersebut. Kritik
deskriptif memiliki tujuan yaitu untuk menilai sebuah bangunan dengan
mengetahui proses bangunan tersebut dan dilihat dari unsur bentuk bangunan.
-
Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang
terhadap bangunan atau kota
-
Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu
apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat
lebih memahami makna bangunan.
-
Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami
bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
-
Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to
interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya
dan apa yang terjadi di dalamnya.
ISTANA
TAMPAK SIRING
Istana
Tampak siring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang
terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Istana ini berdiri atas prakarsa
Presiden Soekarno yang menginginkan adanya tempat peristirahatan yang hawanya
sejuk jauh dari keramaian kota, cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta
keluarga maupun bagi tamu-tamu negara.
Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono
dan istana ini dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri
atas empat gedung utama yaitu Wisma Merdeka seluas 1.200 m2 dan Wisma
Yudhistira seluas 2.000 m2 dan Ruang Serbaguna. Wisma Merdeka dan Wisma
Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957.
Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara dan
Wisma Bima.
Istana Tampaksiring berada di Jalan
Astina Pura Utara, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Bali. Pada saat
memasuki Istana Tampaksiring, pengunjung akan melewati Gelung Kori Agung yaitu
pintu masuk khas Bali yang umumnya dipakai pada bangunan Pura Besar Istana di
Bali. Di dalam lingkungan Istana Tampaksiring terdapat 6 bangunan utama dimana
masing-masing bangunan memiliki fungsi tersendiri. Adapun bangunan tersebut:
1. Wisma
Merdeka: Berfungsi sebagai tempat peristirahatan Presiden Republik Indonesia beserta keluarga. Bangunan ini
berdiri diatas tanah seluas 1.200 meter persegi dengan kapasitas 9 kamar tidur.
2. Wisma
Negara: Diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan Tamu-Tamu Negara atau
Kepala Negara Asing yang berkunjung ke istana. Wisma ini memiliki 7 kamar tidur
dengan luas bangunan 1.476 meter persegi. Wisma Merdeka dan Wisma Negara
dibangun diatas bukit yang dipisahkan oleh celuk bukit yang cukup dalam
sehingga untuk menghubungkan kedua wisma ini dibuatlah satu jembatan yang
bernama Jembatan Persahabatan. Jembatan ini memiliki panjang 40 meter dan lebar
1.5 meter serta melambangkan hubungan persahabatan antar dua negara. Tamu
Negara yang pernah berkunjung dan melewati jembatan ini ialah Kaisar Jepang
Hirohito, Presiden Yugoslavia Tito, Ho Chi Minh dari Vietnam, serta Ratu
Juliana dari Netherland.
3. Wisma
Yudhistira: Digunakan sebagai tempat peristirahatan Pejabat Tinggi Negara,
Perangkat Kepresidenan serta pendamping Tamu-Tamu Agung. Wisma ini memiliki 17
kamar tidur dengan luas 1825 meter persegi.
4. Wisma Bima:
Dipakai sebagai tempat peristirahatan para Pengawal Presiden atau Pengawal Negara dan petugas
keamanan.
5. Gedung
Konferensi: Terdiri dari lobby, ruang utama dan ruang holding room. Ruang utama
dijadikan sebagai tempat resepsi dan jamuan makan malam kenegaraan. Gedung ini
berada diatas tanah seluas 1882 meter persegi.
Selain itu di area istana ini
terdapat pendopo dan wantilan, dimana keduanya memiliki fungsi yang hampir sama
yaitu sebagai tempat pertemuan dan pementasan acara malam kesenian
Tempat
bersejarah ini istimewa karena menjadi istana pertama yang dibangun setelah
Indonesia merdeka dan difungsikan untuk menjamu tamu-tamu negara. Tamu-tamu
negara yang pernah menginap di sini pun sangat banyak. Mulai dari Kaisar
Hirohito (Jepang), PM Jawaharlal Nehru (India), Sekjen PBB Javier Perez de
Cuellar, Pangeran Norodom Sihanouk (Kamboja), Presiden Josip Broz Tito
(Yugoslavia), Presiden Ne Win (Myanmar), dan masih banyak lagi. Tamu-tamu
penting ini pun terkesan dengan atmosfer di sekitar Istana Tampaksiring karena
begitu rindang dengan udara yang bersih dan menyegarkan.
Salah satu tempat yang tidak boleh
dilewatkan saat mengunjungi Istana Tampaksiring adalah Pura Tirta Empul. Di
tempat ini ada pemandian yang begitu terkenal dan menjadi favorit wisatawan
lokal dan mancanegara, yaitu Pemandian Tirta Empul.
Airnya jernih dan di pemandian ini pengunjung bisa berendam
untuk mendinginkan tubuh. Tapi, tidak diijinkan mandi di kolam utama Tirta
Empul karena tempat ini bukan untuk umum dan hanya bisa didatangi oleh pengunjung
yang mengenakan pakaian adat Bali.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar