Kamis, 11 Januari 2018

TUGAS SOFTSKILL (ISTANA TAMPAK SIRING)

HERI ALISETIAWAN
24314935
KRITIK ARSITEKTUR

Kritik yang digunakan adalah KRITIK DESKRIPTIF


Kritik Deskriptif :
KRITIK DESKRIPTIF adalah kritik yang menjelaskan sebuah kritik seolah kita adalah seorang jurnalis arsitektur atau sejarahwan dan menilai bangunan secara apa adanya bedasarkan pengalaman. Pada kritik deskriptif, kita menjelaskan bagaimana perasaan kita terhadap sebuah bangunan dengan merasakan bangunan tersebut dan kemudian mencatatnya.

       Pada kritik deskriptif kita juga bisa mencatat pengalaman seseorang/ orang lain mengenai sebuah bangunan/kota. Jadi secara tidak langsung, mengetahui pendapat/kritik yang berasal dari orang lain yang merasakan/melihat bangunan tersebut. Kritik deskriptif memiliki tujuan yaitu untuk menilai sebuah bangunan dengan mengetahui proses bangunan tersebut dan dilihat dari unsur bentuk bangunan.
-          Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
-          Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
-          Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
-          Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

ISTANA TAMPAK SIRING


Istana Tampak siring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk jauh dari keramaian kota, cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu negara.

Arsiteknya adalah R.M. Soedarsono dan istana ini dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat gedung utama yaitu Wisma Merdeka seluas 1.200 m2 dan Wisma Yudhistira seluas 2.000 m2 dan Ruang Serbaguna. Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957. Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara dan Wisma Bima.



Istana Tampaksiring berada di Jalan Astina Pura Utara, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Bali. Pada saat memasuki Istana Tampaksiring, pengunjung akan melewati Gelung Kori Agung yaitu pintu masuk khas Bali yang umumnya dipakai pada bangunan Pura Besar Istana di Bali. Di dalam lingkungan Istana Tampaksiring terdapat 6 bangunan utama dimana masing-masing bangunan memiliki fungsi tersendiri. Adapun bangunan tersebut:
1.      Wisma Merdeka: Berfungsi sebagai tempat peristirahatan Presiden Republik   Indonesia beserta keluarga. Bangunan ini berdiri diatas tanah seluas 1.200 meter persegi dengan kapasitas 9 kamar tidur.
2.      Wisma Negara: Diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan Tamu-Tamu Negara atau Kepala Negara Asing yang berkunjung ke istana. Wisma ini memiliki 7 kamar tidur dengan luas bangunan 1.476 meter persegi. Wisma Merdeka dan Wisma Negara dibangun diatas bukit yang dipisahkan oleh celuk bukit yang cukup dalam sehingga untuk menghubungkan kedua wisma ini dibuatlah satu jembatan yang bernama Jembatan Persahabatan. Jembatan ini memiliki panjang 40 meter dan lebar 1.5 meter serta melambangkan hubungan persahabatan antar dua negara. Tamu Negara yang pernah berkunjung dan melewati jembatan ini ialah Kaisar Jepang Hirohito, Presiden Yugoslavia Tito, Ho Chi Minh dari Vietnam, serta Ratu Juliana dari Netherland.
3.      Wisma Yudhistira: Digunakan sebagai tempat peristirahatan Pejabat Tinggi Negara, Perangkat Kepresidenan serta pendamping Tamu-Tamu Agung. Wisma ini memiliki 17 kamar tidur dengan luas 1825 meter persegi.
4.      Wisma Bima: Dipakai sebagai tempat peristirahatan para Pengawal   Presiden atau Pengawal Negara dan petugas keamanan.
5.      Gedung Konferensi: Terdiri dari lobby, ruang utama dan ruang holding room. Ruang utama dijadikan sebagai tempat resepsi dan jamuan makan malam kenegaraan. Gedung ini berada diatas tanah seluas 1882 meter persegi.
Selain itu di area istana ini terdapat pendopo dan wantilan, dimana keduanya memiliki fungsi yang hampir sama yaitu sebagai tempat pertemuan dan pementasan acara malam kesenian



Tempat bersejarah ini istimewa karena menjadi istana pertama yang dibangun setelah Indonesia merdeka dan difungsikan untuk menjamu tamu-tamu negara. Tamu-tamu negara yang pernah menginap di sini pun sangat banyak. Mulai dari Kaisar Hirohito (Jepang), PM Jawaharlal Nehru (India), Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar, Pangeran Norodom Sihanouk (Kamboja), Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Presiden Ne Win (Myanmar), dan masih banyak lagi. Tamu-tamu penting ini pun terkesan dengan atmosfer di sekitar Istana Tampaksiring karena begitu rindang dengan udara yang bersih dan menyegarkan.


Salah satu tempat yang tidak boleh dilewatkan saat mengunjungi Istana Tampaksiring adalah Pura Tirta Empul. Di tempat ini ada pemandian yang begitu terkenal dan menjadi favorit wisatawan lokal dan mancanegara, yaitu Pemandian Tirta Empul.
Airnya jernih dan di pemandian ini pengunjung bisa berendam untuk mendinginkan tubuh. Tapi, tidak diijinkan mandi di kolam utama Tirta Empul karena tempat ini bukan untuk umum dan hanya bisa didatangi oleh pengunjung yang mengenakan pakaian adat Bali.


Sumber :